Menyuarakan Fenomena Hustle Culture Lewat Musik dan Fashion

Musik dan fashion adalah dua aspek seni yang perkembangannya hampir selalu beriringan. Merepresentasikan sebuah hasil karya dari setiap pelakunya, menjadikan musik dan fashion sama-sama melahirkan seni yang memiliki nilai sentimental bagi para penikmatnya.
Dalam sepanjang peradaban manusia hingga munculnya beberapa genre hingga sub-genre yang lahir dari kedua aspek tersebut, musik dan fashion seakan tidak pernah tersentuh waktu dalam menciptakan hal-hal baru atau dengan sengaja menggaungkan kembali sebuah tren yang pernah tenggelam untuk akhirnya dapat bersinar kembali.
Salah satunya, skena musik Hip-Hop yang sedang menggema kembali di kancah musik independen Indonesia.
Berawal dari sebuah genre yang tersegmentasi, kini Hip-Hop sudah bisa digemari secara general untuk semua orang. Fenomena tersebut tentunya memberi dampak banyak rapper bertalenta yang muncul ke permukaan dan mendapatkan atensi dari audiensnya.
Hip-Hop sendiri sering dikaitkan dengan cara mereka berpakaian, seperti ada identitas mereka di dalamnya. Seniman Hip-Hop identik dengan baggy outfit atau pakaian-pakain yang lebih besar dari badannya. Baggy outfit ini kemudian masuk ke dalam ranah streetwear yang muncul di tahun 70-an. Pada awal kemunculannya, streetwear didominasi oleh laki-laki dan budaya Hip-Hop itu sendiri.
Kembalinya Tren Streetwear
Tren musik Hip-Hop ini lalu mempengaruhi perkembangan tren yang lain, contohnya; Fashion. Streetwear yang pada awalnya eksis di tahun 90-an, kini kembali banyak diminati. Bukan hanya dari laki-laki, tapi juga kaum perempuan. Dengan melakukan penyesuaian terhadap demand dari peminat, kini cakupan streetwear sudah lebih luas dan bervariasi dari mulai model hingga warnanya. Segmentasi dan arti penggunaan Streetwear itu sendiri telah berubah. Dari yang berarti sebuah pemberontakan dan sebagai penunjuk identitas atau latar belakang oleh para remaja, kini Streetwear dibilang sudah menjadi tren fashion yang mendunia.
Bersamaan dengan itu, sering kali seniman mancanegara terlihat menggunakan brand-brand streetwear dan tidak sengaja mengubahnya menjadi sebuah ‘tren’. Tak jarang pula beberapa artis Hip-Hop luar maupun dalam negeri membuat label streetwear-nya sendiri atau bahkan melakukan cross-branding dengan brand-brand ternama. Cross-branding antara seniman dengan sebuah brand sepatu pastinya sudah tidak asing lagi di telinga. Contohnya seperti kolaborasi rapper ternama, Childish Gambino dengan Adidas pada 2019 silam. Koleksinya itu ditandai dengan adanya lambang serangga pada bagian sepatunya, atau koleksi dari Travis Scott dan Nike Air Jordan yang ramai diperbincangkan karena Travis merubah logo ikonik milik Nike.
Terinspirasi dari jejak tersebut, Bearpath, sebuah brand footwear yang berdomisili di Bandung, melakukan cross-branding dengan musisi Hip-Hop Indonesia.
Rotasi
Dzulfahmi dan Tuan Tigabelas menceritakan tentang bagaimana Dunia ini berotasi selama 24 jam dalam kacamata seorang pekerja. Dengan lantunan rima dan melodi yang sederhana namun punchline yang kuat, Dzulfahmi dan Tuan Tigabelas seakan mampu menjadi juru bicara dari para pekerja yang sedang mengadu nasib di Jakarta. Kerasnya kehidupan Jakarta di balik gemerlap yang ditawarkan serta bagaimana para pekerja ini harus terus berjuang demi menghidupi yang terkasih menjadi highlight dalam artwork ini.
Berlatar belakang dari lagu kolaborasi keduanya yaitu Rotasi, akhirnya terciptalah sebuah produk kolaborasi antara Bearpath dengan keduanya yaitu Bearotasi.
Bearotasi

Diambil dari kata Bearpath dan Rotasi, Bearpath menyajikan sebuah produk yang bertajuk Bearotasi. Dengan mengusung tema Disposition-Phenomenon-Sojourn, Bearotasi memberikan sebuah output untuk fenomena rotasi yang tak ada hentinya.
Disposition-Phenomenon-Sojourn sendiri memiliki arti bagaimana watak personal dan perpindahan saling berpengaruh terhadap fenomena rotasi itu sendiri. Dengan stereotip hustle culture yang melekat kuat pada para pekerja di Jakarta, gelapnya langit pun bukan jadi penghalang bagi mereka untuk terus bekerja tak ada hentinya. Bearotasi lalu hadir dengan design yang mengutamakan kenyamanan serta tetap terlihat fashionable untuk digunakan sepanjang hari selama hari terus berotasi.
When the discomfort changes into something that they have to get used to, this phenomenon, personal disposition and a sojourn experience, Bearotasi will surely be able to add a comfortable hunch during those times.
Comments ( 0 )