Travelogue – Menyusuri Perut Bumi di Gua Macan Mati
Kawasan pegunungan karst Gunung Kidul menyimpan banyak keindahan, tidak hanya pantai pasir putihnya yang menawan. kemegahan stalaktit dan stalakmit di dalam gua-gua membuat saya ingin terus menjelajahi. Kali ini, bersama para teman-teman pemandu wisata Kalisuci kami mencoba masuk ke dalam gua Macan Mati. Gua vertikal yang berada di tengah hutan jati.
Siang itu terasa terik, beberapa kawan sibuk menyiapakan tali untuk lintasan turun ke gua. Saya mencoba menerbangkan drone untuk melihat keberadaan gua dari udara. Dari bibir gua hanya terlihat daun-daun hijau di dasar gua.
Setelah lintasan siap dan aman kami bergantian turun. Di bawah bibir gua sejenak saya berhenti, memandangi dinding gua, hanya terdengar tetesan air yang jatuh dari stalaktit dan stalakmit. Terasa hening.
Waktu yang tepat untuk melakukan penjelajahan ke dalam gua vertikal sekitar jam 11.00 hingga jam 1 siang, pada kesempatan itu kita akan mendapatkan cahaya rol yang masuk ke dalam rongga gua.
Setelah menuruni gua sedalam 40 meter akhirnya saya sampai di dasar gua, cahaya matahari jatuh di dasar gua dari sela pepohonan terlihat sangat indah. Melihat itu saya bergegas untuk mengambil gambar, mengelilingi dasar gua untuk mendapatkan beberapa foto yang berbeda.
Kawan-kawan pemandu wisata Kalisuci kerap melakukan penjelajahan di gua-gua kawasan Gunungkidul. Tidak sekadar menjelajah meraka mencoba menggali potensi-potensi yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus. Seperti yang sudah ada melakukan caving menggunakan ban menyusuri sungai bawah tanah.
Matahari sudah condong ke barat, rongga gua sudah mulai gelap karna mendung tebal sudah menggelayut di atas langut. Saya memutuskan untuk naik kembali ke bibir gua. Benar dugaan saya, hampir mencapai bibir gua dengan meniti tali hujan turun. Saya harus mempercepat agar beberapa kawan yang masih di dasar gua tidak terlalu lama menunggu.
Setelah semua sudah naik, kami bergegas merapikan jalur dan segera keluar dari hutan itu.
Kontributor & Photo by Hendra Nurdiansyah
Comments ( 0 )